1. hort term scheduler
• Short term scheduler digunakan
untuk memilih diantara proses-proses yang siap di eksekusi dan salah
satunya dialokasikan ke CPU.
• Short term scheduler Sering
digunakan untuk memilih proses baru untuk CPU. Proses dieksekusi
hanya beberapa milidetik sebelum menunggu I/O.
• Karena durasi yang pendek antara
eksekusi, Short term scheduler harus sangat cepat
Contoh : jika Short term scheduler
membutuhkan 10ms untuk memutuskan mengeksekusi proses 100ms, maka
10/110=9% CPU digunakan untuk menjadwalkan pekerjaan.
• Pada system time sharing, setiap
proses baru ditempatkan di memori. Short term scheduler digunakan
untuk memilih dari proses-proses tersebut di memori untuk
diekseskusi.
2. Medium term scheduler
• Beberapa OS seperi system sharing,
membutuhkan penjadwalan level tambahan (intermediate), yang disebut
“medium term scheduler”.
• Memperkenalkan konsep swapping
proses : proses di “swap out “ dan di “swap in” pada medium
term scheduler.
• Swapping diperlukan untuk
meningkatkan “process mix” atau karena perubahan pada kebutuhan
memori melebihi memori yang tersedia, memori perlu dibebaskan.
3. Long term scheduler
• Proses-proses pada system batch di
spool ke mass storage device (disk), disimpan sebagai eksekusi
selanjutnya.
• Long term scheduler digunakan untuk
memilih proses dari pool dan menyimpannya ke memori.
• Long term scheduler tidak sering
mengeksekusi, digunakan hanya jika proses meninggalkan system.
• Karena antar eksekusi terjadi
interval yang panjang, Long term scheduler mempunyai waktu lebih
banyak untuk memutuskan proses mana yang dipilih untuk eksekusi.
• Long term scheduler memilih dengan
baik “process mix” antara I/O bound dan CPU bound.
- Bila semua proses adalah I/O bound,
ready queue hampir selalu kosong.
- Bila semua proses adalah CPU bound,
I/O queue hampir selalu kosong.
• Pada beberapa system, Long term
scheduler tidak digunakan (misalnya pada time sharing system) atau
minimal.